MENGANALISA
PERISTIWA-PERISTIWA YANG DISEBUT KEBETULAN DALAM SIULIAN
Biasanya orang
yang berlatih Senkung pasti mempunyai perasaan yang sama,
yaitu kalau latihannya sudah sampai suatu tahap maka dalam kehidupan
sehari-hari kasus-kasus yang disebut kebetulan
makin banyak.
Contohnya:
Hal-hal
yang disebut “kebetulan” tersebut banyak sekali dan hal itu menimbulkan
kesenangan dan semangat bercampur keheranan bagi yang berlatih Senkung.
Kita
menyebutnya “kebetulan” sebetulnya bukan melulu kebetulan saja, namun di
dalamnya mengandung arti yang mendalam.
Bisa dikatakan
begini, masing-masing orang menurut Aku
asli atau Aku dalam Bawah Sadar/BATHIN banyak soal di
dalam dunia yang diketahui oleh bathin, apalagi persoalan yang dapat
membahayakan dirinya, perasaannya akan lebih keras dan hebat.
Contohnya bus
yang akan ditumpangi Sdr. S mungkin saja penyebab
tergulingnya adalah cuaca dan cuaca buruk tersebut menimbulkan perbedaan yang
unik dalam badan Sdr. S, memaksa Sdr. S dengan alasan SAKIT untuk menghindari
malapetaka tersebut.
Sedangkan Sdr.
A, mungkin saja waktu itu atau sedetik sebelumnya, dia masih dalam keadaan
melamun, tapi bawah sadarnya sudah memberitahu dia bahwa akan ditabrak orang,
atau pada dasarnya tidak perlu diberitahu, bawah sadarnya secara otomatis
menjadi suatu ENERGI KESADARAN (BAWAH
SADAR) memutuskan keranjang sayur
yang terikat di setir sepeda dan jatuh sehingga menghentikan lajunya sepeda
yang membahayakan itu. Lalu Sdr. A sendiri bagaimana dapat
mengetahui tanda bahaya dalam satu detik bahkan seperbeberapa ribu detik?
Masalahnya sangat sederhana, sepeda yang sedang melaju cepat,
apakah tidak menggoncangkan hawa sekitarnya atau rumput atau bunga-bunga bahkan
permukaan bumi di bawah roda sepeda tersebut. Buruh-buruh pambuat jalan
kereta api hanya dengan menempelkan telinganya di atas
rel kereta sudah dapat mengetahui kereta yang datang kira-kira masih berapa
kilometer lagi, apalagi jarak Sdr. A dengan sepeda hanya
beberapa meter saja. Bukankah begitu?
Mari
kita lihat kasus yang mirip “kebetulan” yang disebut keadaan salah (tidak sengaja salah). Biasanya kita ngobrol-ngobrol dengan
kawan-kawan dan mendengar berita pada tanggal itu adalah hari perkawinan Sdr.
B, tapi Sdr. B sendiri pada hari itu selalu merasa tidak lancar dan tidak enak,
mondar-mandir, kalau bukan karena tidak sengaja menggulingkan lampu ya dengan
kurang hati-hati sampai memecahkan gelas. Maka ada orang yang
mengatakan bahwa perkawinannya kurang baik atau “tidak baik”. Sesudah
menikahpun keduanya juga akan tidak serasi atau tidak harmonis.
Dari
ilmu psikologi, ini boleh dikatakan adalah kelakuan yang salah (kelakuan yang
merasa salah).
Perkawinan
adalah hari-hari yang patut dibanggakan setiap orang, betul bukan? Mengapa dia terbalik
di hari bahagia ini malah gelisah dan gopoh-gopoh? Mungkin
saja di dalam benak bawah sadarnya terhadap perkawinan ini merasa kurang puas,
atau karena menikah dia sudah menumpuk hutang uang dalam jumlah yang besar,
dari segi ekonomi dia mulai merasakan tekanan yang berat, atau ada alasan yang
lainnya. Dari itulah kegelisahan bathin itu harus cari
jalan keluar, maka di bawah komando bawah sadarnya dia lalu kalau bukan bentur
ini, pasti pecahkan itu, membuat “KESALAHAN” untuk menunjukkan “MELAWAN”.
Dapat dimengerti bahwa “Kelakuan Salah” bila dilihat dari permukaan memang
adalah “SALAH”, sebetulnya dimensi yang dalam atau yang
tersembunyi adalah “BAWAH SADAR” atau “KESADARAN”.
Mengerti hal
tersebut, terhadap hidup yang nyata tiap orang, tidak dapat diragukan
mengandung banyak arti penting, karena menghadapi keadaan tersebut di atas,
asalkan tiap orang dapat tenang dan teliti memikirkan penyebab gelisah tersebut
atau gara-gara cinta kasih, ekonomi, kekeluargaan dan masyarakat, kemudian
dengan sikap yang benar mencarikan jalan keluar yang terbaik apakah tidak
membantu MENCEGAH BAHAYA YANG AKAN MENIMPA DAN MENGHAPUS BAHAYA MENJADIKAN
BAHAGIA?
Dari sini boleh
dikatakan tiap kelakuan yang disebabkan “kelakuan salah” bukannya tidak
mengandung arti tertentu dan seseorang kalau sampai memutarbalikkan hukum sebab
akibat, takut bayangannya sendiri dan dengan berpegang berdasarkan nasib yang “kurang
baik” maka itu sudah termasuk pasif, kurang sadar bahkan ketahyulan.
NAIK JURANG DAN TURUN JURANG SAMA-SAMA
JALANNYA SATU
KALAU DIBUANG SATU MAKA SATUNYA JUGA AKAN
TIADA
INILAH YANG DISEBUT “BAHAYA DAN BAHAGIA
ITU SELALU BERDAMPINGAN”
Dari
makna tersebut boleh dikatakan kelakuan salah yang bertanda “BAHAYA” juga
menjadikan tanda “BAHAGIA”.
Bicara dalam hal
“Kebetulan” maka “Kelakuan Salah” juga bisa dianggap sebagai “Kebetulan” atau “Kebetulan
Minus”, tapi apa yang disebutkan di atas, semuanya hanyalah masih termasuk
dimensi-dimensi yang dangkal.
Sesepuh TAO Ma
Tan Yang, Jiu Ju Ci dari aliran Jian Cen, suatu hari datang ke suatu kuil
kosong untuk semedi dan latihan, diluar dugaan tempat mereka bertemu itu sedang
turun hujan salju yang tebal. Dalam semalam saja, muka dan
belakang kuil sudah penuh dengan salju dan kemudian salju itu turun tiga hari
tiga malam berturut-turut. Jiu Ju Ci berpikir ingin
keluar dari kuil ke daerah sekitarnya untuk mencari makanan ala kadarnya, tapi
baru saja keluar pintu sudah disapu oleh salju dan angin sehingga tidak bisa
keluar. Di dalam kuil kosong yang letaknya di hutan ini, yang jauh dari
desa-desa, Jiu Ju Ci bingung tidak tahu harus ke mana untuk mendapatkan
makanan, lalu dalam bathin membayangkan alangkah baiknya kalau-kalau ada orang
yang datang untuk mengantarkan sepiring nasi yang hangat.
Semalam
sudah lewat, timbullah mukjijat, seorang tua yang tinggal di belakang gunung,
pagi-pagi datang membawa satu panci nasi hangat. Kedua orang Tao itu bertanya sebabnya
dan orang tua itu menjawab bahwa tadi malam dia dan istrinya sama-sama
bermimpi; katanya di sebelah gunung itu ada dua orang yang SIUTAO sudah tiga
hari tiga malam tidak makan tidak minum memintanya mengantarkan sedikit makanan
dan minuman ke
Terhadap
kejadian ini yang menimpa kedua orang SIUTAO itu tentu saja tidak bisa
diterangkan dengan kata-kata yang ”bersifat kebetulan” yang biasa disebut-sebut
“kebetulan” dan “salah melakukan” biasanya terjadi pada kesadarannya sedang
lalai, yang dilakukan oleh bawah sadar dengan diam-diam, dalam hal yang menimpa
Jiu Ju Ci tersebut, sadar dan bawah sadar sudah tidak ada bedanya lagi, bahkan
bisa dingertikan bahwa yang diinginkan oleh kesadaran, keinginan/bathin pikiran
dengan sekejab mengkomando bawah sadar membentuk suatu harapan/mengharap/keinginan,
misalnya memberi mimpi, sangat spontan dan cepat sekali.
Tentu saja
menggunakan “KEKUATAN BATHIN” oleh Jiu Ju Ci waktu itu, masih belum termasuk
apa yang dikejar oleh orang SIUTAO, karena dia masih mempunyai proses “GERAKKAN
BATHIN”.
BURUNG LEWATI ANGKASA, BAYANGAN TENGGELAM
DALAM AIR DINGIN
BURUNG TIDAK
AIRPUN TIDAK
Inilah
baru merupakan taraf “JAGAT RAYA” bagi seorang SIUTAO yang sedang memasuki
kesempurnaan.
JALAN SAMPAI AKHIRNYA AIR, DUDUK MELIHAT
TIMBULNYA AWAN
MASIH MEMPUNYAI RASA, KEINGINAN dll TENTU
SAJA MASIH BELUM
BELUM DAPAT MASUKI JAGAT RAYA YANG TIDAK
CARA TAO ITU ADALAH CE RAN (ALAMI)
Masih dalam
ingatan, bahwa “DEWI” Sun Pu El, saat datang Siutao di
Dari
kata itu pula “ORANG SIUTAO SELALU ADA DEWA-DEWI YANG MELINDUNGINYA, TIDAK
BOLEH DIHINA DAN DISEMBARANGI” menyebar luas di masyarakat.
Dewa
Dewi bisa divonis tidak adakah?
Lalu angin kencang mendadak dari mana? Dan penyebab
orang jahat kedua-duanya tidak normal sampai saling berhantam itu apa?
Disingkat saja,
kita juga bisa bilang angin mendadak itu adalah suatu peristiwa yang “Kebetulan”
dan kedua penjahat yang saling berhantam sendiri dengan kebingungan dikarenakan
terpukul oleh batu dan pasir yang dibawa angin, sehingga bingung dan saling
tidak mengenal satu sama lainnya.
Kalau dibahas
lebih mendalam bisakah diartikan begini, Sun Pu El adalah seorang yang
semangatnya tinggi dan kokoh, selain latihan Siutao, tidak ada lagi hal lain
dalam benaknya. Kekuatan batin itu sendiri tentu mempunyai
energi yang besar bukan? Sewaktu ada orang yang coba-coba merusak ide
itu dan memperkosanya, bagi Sun Pu El, dia otomatis mengeluarkan “KEKUATAN
BATHIN” untuk bela diri, apakah kekuatan tersebut dapat mengacaukan pikiran
lawannya (supaya tarung sendiri) atau bahkan dapat mengatur energi angin, air,
kayu, batu, tanah, yaitu “ENERGI BESAR MINUS JAGAT” untuk menyapu kejahatan? Apakah ini yang dimaksud, Yang JAHAT TIDAK BISA KALAHKAN Yang BAIK?
BATIN BERGERAK, KEGAIBAN MENGIKUTI
BATIN ITU, AKU, ENGKAU, DIA
GAIB ITU,
ANDA MELIHAT AIR SUMUR KUNO, SEMUA DATANG
PERGI DENGAN SENDIRINYA
Perkataan
itu, bukan omong kosong belaka, melainkan pengalaman-pengalaman yang telah lama
dialami manusia.
Dalam
sesuatu sengketa, salah satu pihak mengalah, biasanya dikata “KALAH” (mengakui
kalah). Dipandang
dari permukaan, memang kehilangan muka, tapi sebetulnya, keadilan itu selalu di
benak masing-masing manusia; Benar, Salah, akan disimpulkan dari dalam hati
masing-masing; Kebenaran yang benar itu tidak akan sia-siakan/menyesalkan orang
baik, ini, juga salah satu keunikan dari kebenaran yang benar.