MENGANALISA PERISTIWA-PERISTIWA YANG DISEBUT KEBETULAN DALAM SIULIAN

 

Biasanya orang yang berlatih Senkung pasti mempunyai perasaan yang sama, yaitu kalau latihannya sudah sampai suatu tahap maka dalam kehidupan sehari-hari kasus-kasus yang disebut kebetulan makin banyak.

 

Contohnya:

 

  • Pada hari Rabu jam 9 rencananya Sdr. S akan pergi berpiknik. Ia sudah membeli tiket bus pada hari Selasa. Tapi begitu bangun pada hari Rabu paginya, Sdr. S mendadak merasa pinggangnya linu dan tidak enak badan, sehingga timbul niatnya untuk membatalkan pikniknya. Dan kemudian pada sore harinya diterima kabar bahwa bus yang batal dinaikinya terbalik di tengah jalan.

 

  • Sdr. A suatu pagi berjalan kaki ke sekolah. Sewaktu dia sedang melewati perempatan, dari arah kanan ada seorang naik sepeda yang ngebut menujunya. Waktu itu Sdr. A sedang di perempatan dan sepeda juga tepat menuju ke arahnya. Cepat sedikit sudah lewat, lambat sedikit tidak tersentuh. Tapi justru di saat-saat gawat itu keranjang sayur yang terikat kuat di setir sepeda jatuh dan tepat mengganjal roda depan sepeda itu, ciiiit…Sdr. A seperti bangun dari mimpi, ternyata di sisinya ada sebuah sepeda dengan keranjang yang terganjal di roda depannya. Sdr. A masih belum sadar, anak-anak yang sedang bermain di seberang jalan sudah menjerit dan kaget, tapi akhirnya mereka lega.

 

Hal-hal yang disebut “kebetulan” tersebut banyak sekali dan hal itu menimbulkan kesenangan dan semangat bercampur keheranan bagi yang berlatih Senkung.

 

Kita menyebutnya “kebetulan” sebetulnya bukan melulu kebetulan saja, namun di dalamnya mengandung arti yang mendalam.

Bisa dikatakan begini, masing-masing orang menurut Aku asli atau Aku dalam Bawah Sadar/BATHIN banyak soal di dalam dunia yang diketahui oleh bathin, apalagi persoalan yang dapat membahayakan dirinya, perasaannya akan lebih keras dan hebat.

 

Contohnya bus yang akan ditumpangi Sdr. S mungkin saja penyebab tergulingnya adalah cuaca dan cuaca buruk tersebut menimbulkan perbedaan yang unik dalam badan Sdr. S, memaksa Sdr. S dengan alasan SAKIT untuk menghindari malapetaka tersebut.

 

Sedangkan Sdr. A, mungkin saja waktu itu atau sedetik sebelumnya, dia masih dalam keadaan melamun, tapi bawah sadarnya sudah memberitahu dia bahwa akan ditabrak orang, atau pada dasarnya tidak perlu diberitahu, bawah sadarnya secara otomatis menjadi suatu ENERGI KESADARAN (BAWAH SADAR)  memutuskan keranjang sayur yang terikat di setir sepeda dan jatuh sehingga menghentikan lajunya sepeda yang membahayakan itu. Lalu Sdr. A sendiri bagaimana dapat mengetahui tanda bahaya dalam satu detik bahkan seperbeberapa ribu detik? Masalahnya sangat sederhana, sepeda yang sedang melaju cepat, apakah tidak menggoncangkan hawa sekitarnya atau rumput atau bunga-bunga bahkan permukaan bumi di bawah roda sepeda tersebut. Buruh-buruh pambuat jalan kereta api hanya dengan menempelkan telinganya di atas rel kereta sudah dapat mengetahui kereta yang datang kira-kira masih berapa kilometer lagi, apalagi jarak Sdr. A dengan sepeda hanya beberapa meter saja. Bukankah begitu?

 

Mari kita lihat kasus yang mirip “kebetulan” yang disebut keadaan salah (tidak sengaja salah). Biasanya kita ngobrol-ngobrol dengan kawan-kawan dan mendengar berita pada tanggal itu adalah hari perkawinan Sdr. B, tapi Sdr. B sendiri pada hari itu selalu merasa tidak lancar dan tidak enak, mondar-mandir, kalau bukan karena tidak sengaja menggulingkan lampu ya dengan kurang hati-hati sampai memecahkan gelas. Maka ada orang yang mengatakan bahwa perkawinannya kurang baik atau “tidak baik”. Sesudah menikahpun keduanya juga akan tidak serasi atau tidak harmonis.

 

Dari ilmu psikologi, ini boleh dikatakan adalah kelakuan yang salah (kelakuan yang merasa salah).

 

Perkawinan adalah hari-hari yang patut dibanggakan setiap orang, betul bukan? Mengapa dia terbalik di hari bahagia ini malah gelisah dan gopoh-gopoh? Mungkin saja di dalam benak bawah sadarnya terhadap perkawinan ini merasa kurang puas, atau karena menikah dia sudah menumpuk hutang uang dalam jumlah yang besar, dari segi ekonomi dia mulai merasakan tekanan yang berat, atau ada alasan yang lainnya. Dari itulah kegelisahan bathin itu harus cari jalan keluar, maka di bawah komando bawah sadarnya dia lalu kalau bukan bentur ini, pasti pecahkan itu, membuat “KESALAHAN” untuk menunjukkan “MELAWAN”. Dapat dimengerti bahwa “Kelakuan Salah” bila dilihat dari permukaan memang adalah “SALAH”,  sebetulnya dimensi yang dalam atau yang tersembunyi adalah “BAWAH SADAR” atau “KESADARAN”.

 

Mengerti hal tersebut, terhadap hidup yang nyata tiap orang, tidak dapat diragukan mengandung banyak arti penting, karena menghadapi keadaan tersebut di atas, asalkan tiap orang dapat tenang dan teliti memikirkan penyebab gelisah tersebut atau gara-gara cinta kasih, ekonomi, kekeluargaan dan masyarakat, kemudian dengan sikap yang benar mencarikan jalan keluar yang terbaik apakah tidak membantu MENCEGAH BAHAYA YANG AKAN MENIMPA DAN MENGHAPUS BAHAYA MENJADIKAN BAHAGIA?

 

Dari sini boleh dikatakan tiap kelakuan yang disebabkan “kelakuan salah” bukannya tidak mengandung arti tertentu dan seseorang kalau sampai memutarbalikkan hukum sebab akibat, takut bayangannya sendiri dan dengan berpegang berdasarkan nasib yang “kurang baik” maka itu sudah termasuk pasif, kurang sadar bahkan ketahyulan.

 

NAIK JURANG DAN TURUN JURANG SAMA-SAMA JALANNYA SATU

KALAU DIBUANG SATU MAKA SATUNYA JUGA AKAN TIADA

INILAH YANG DISEBUT “BAHAYA DAN BAHAGIA ITU SELALU BERDAMPINGAN”

 

Dari makna tersebut boleh dikatakan kelakuan salah yang bertanda “BAHAYA” juga menjadikan tanda “BAHAGIA”.

 

Bicara dalam hal “Kebetulan” maka “Kelakuan Salah” juga bisa dianggap sebagai “Kebetulan” atau “Kebetulan Minus”, tapi apa yang disebutkan di atas, semuanya hanyalah masih termasuk dimensi-dimensi yang dangkal.

 

Sesepuh TAO Ma Tan Yang, Jiu Ju Ci dari aliran Jian Cen, suatu hari datang ke suatu kuil kosong untuk semedi dan latihan, diluar dugaan tempat mereka bertemu itu sedang turun hujan salju yang tebal. Dalam semalam saja, muka dan belakang kuil sudah penuh dengan salju dan kemudian salju itu turun tiga hari tiga malam berturut-turut. Jiu Ju Ci berpikir ingin keluar dari kuil ke daerah sekitarnya untuk mencari makanan ala kadarnya, tapi baru saja keluar pintu sudah disapu oleh salju dan angin sehingga tidak bisa keluar. Di dalam kuil kosong yang letaknya di hutan ini, yang jauh dari desa-desa, Jiu Ju Ci bingung tidak tahu harus ke mana untuk mendapatkan makanan, lalu dalam bathin membayangkan alangkah baiknya kalau-kalau ada orang yang datang untuk mengantarkan sepiring nasi yang hangat.

 

Semalam sudah lewat, timbullah mukjijat, seorang tua yang tinggal di belakang gunung, pagi-pagi datang membawa satu panci nasi hangat. Kedua orang Tao itu bertanya sebabnya dan orang tua itu menjawab bahwa tadi malam dia dan istrinya sama-sama bermimpi; katanya di sebelah gunung itu ada dua orang yang SIUTAO sudah tiga hari tiga malam tidak makan tidak minum memintanya mengantarkan sedikit makanan dan minuman ke sana.

 

Terhadap kejadian ini yang menimpa kedua orang SIUTAO itu tentu saja tidak bisa diterangkan dengan kata-kata yang ”bersifat kebetulan” yang biasa disebut-sebut “kebetulan” dan “salah melakukan” biasanya terjadi pada kesadarannya sedang lalai, yang dilakukan oleh bawah sadar dengan diam-diam, dalam hal yang menimpa Jiu Ju Ci tersebut, sadar dan bawah sadar sudah tidak ada bedanya lagi, bahkan bisa dingertikan bahwa yang diinginkan oleh kesadaran, keinginan/bathin pikiran dengan sekejab mengkomando bawah sadar membentuk suatu harapan/mengharap/keinginan, misalnya memberi mimpi, sangat spontan dan cepat sekali.

 

Tentu saja menggunakan “KEKUATAN BATHIN” oleh Jiu Ju Ci waktu itu, masih belum termasuk apa yang dikejar oleh orang SIUTAO, karena dia masih mempunyai proses “GERAKKAN BATHIN”.

 

BURUNG LEWATI ANGKASA, BAYANGAN TENGGELAM DALAM AIR DINGIN

BURUNG TIDAK ADA MAKSUD MENINGGALKAN BEKAS,

AIRPUN TIDAK ADA MAKSUD MENAHAN BAYANGAN-BAYANGAN

 

Inilah baru merupakan taraf “JAGAT RAYA” bagi seorang SIUTAO yang sedang memasuki kesempurnaan.

 

JALAN SAMPAI AKHIRNYA AIR, DUDUK MELIHAT TIMBULNYA AWAN

MASIH MEMPUNYAI RASA, KEINGINAN dll TENTU SAJA MASIH BELUM

BELUM DAPAT MASUKI JAGAT RAYA YANG TIDAK ADA HALANGAN SEDIKITPUN

 

CARA TAO ITU ADALAH CE RAN (ALAMI)

 

Masih dalam ingatan, bahwa “DEWI” Sun Pu El, saat datang Siutao di kota Lok Yang, mengalami peristiwa yang menggetarkan yaitu Sun Pu El tak lama datang dari San Tung ke Lok Yang. Meskipun Sun di rumahnya sudah menyiram mukanya dengan minyak teh yang mendidih sehingga wajahnya menjadi bopeng dan jelek, tapi bagaimanapun dia tetap terlihat sebagai bangsawan yang berasal dari keluarga kaya raya. Postur yang begitu cantik, kulit yang begitu putih bersih, biarpun bajunya sengaja compang-camping, toh masih juga kelihatan daya pikatnya yang begitu besar. Hari itu, ada dua orang bajingan yang menggiurinya; maka waktu malam keduanya membuntuti Sun dengan diam-diam sehingga sampai di tempat Sun Siutao yang sepi di luar kota. Maksudnya sih mau diperkosa, waktu itu Sun tidak dapat meminta pertolongan siapa-siapa dan keadaan sangat gawat, tiba-tiba mendadak timbul angin kencang, hingga dua orang itu terhempas beberapa kilometer jauhnya, bahkan kedua orang tersebut tidak dapat mengendalikan diri dan saling berduel sampai sampai babak belur dan setengah mati. Mulai saat itu, orang jahat itu menyiarkan kabar, bahwa “Wanita gila bopeng” bernama Sun Pu El itu, selalu ada Dewa Dewi yang melindunginya. “Kalian-kalian” (sekawan penjahat), jangan sekali-kali sembrono terhadapnya.

 

Dari kata itu pula “ORANG SIUTAO SELALU ADA DEWA-DEWI YANG MELINDUNGINYA, TIDAK BOLEH DIHINA DAN DISEMBARANGI” menyebar luas di masyarakat.

 

Dewa Dewi bisa divonis tidak adakah? Lalu angin kencang mendadak dari mana? Dan penyebab orang jahat kedua-duanya tidak normal sampai saling berhantam itu apa?

 

Disingkat saja, kita juga bisa bilang angin mendadak itu adalah suatu peristiwa yang “Kebetulan” dan kedua penjahat yang saling berhantam sendiri dengan kebingungan dikarenakan terpukul oleh batu dan pasir yang dibawa angin, sehingga bingung dan saling tidak mengenal satu sama lainnya.

 

Kalau dibahas lebih mendalam bisakah diartikan begini, Sun Pu El adalah seorang yang semangatnya tinggi dan kokoh, selain latihan Siutao, tidak ada lagi hal lain dalam benaknya. Kekuatan batin itu sendiri tentu mempunyai energi yang besar bukan? Sewaktu ada orang yang coba-coba merusak ide itu dan memperkosanya, bagi Sun Pu El, dia otomatis mengeluarkan “KEKUATAN BATHIN” untuk bela diri, apakah kekuatan tersebut dapat mengacaukan pikiran lawannya (supaya tarung sendiri) atau bahkan dapat mengatur energi angin, air, kayu, batu, tanah, yaitu “ENERGI BESAR MINUS JAGAT” untuk menyapu kejahatan? Apakah ini yang dimaksud, Yang JAHAT TIDAK BISA KALAHKAN Yang BAIK?

 

BATIN BERGERAK, KEGAIBAN MENGIKUTI

BATIN ITU, AKU, ENGKAU, DIA

GAIB ITU, MEDAN? GETARAN? ATAU ENERGI JAGAT?

ANDA MELIHAT AIR SUMUR KUNO, SEMUA DATANG PERGI DENGAN SENDIRINYA

 

Ada kata: “Ngalah (dirugikan) itu adalah bahagia (Hokgi); Terjadi sengketa, yang diutamakan adalah DAMAI. Dilihat sepintas lalu, kayanya memang sukar untuk menelan (menerima) NGAMBEK tersebut; tapi, kalau bisa pandang lebih jauh, pasti akan mendapatkan hokgi yang besar, dan dapatkan juga timbal balik (FEED-BACK) yang berharga dan mengkagetkan kemudian hari”.

Perkataan itu, bukan omong kosong belaka, melainkan pengalaman-pengalaman yang telah lama dialami manusia.

 

Dalam sesuatu sengketa, salah satu pihak mengalah, biasanya dikata “KALAH” (mengakui kalah). Dipandang dari permukaan, memang kehilangan muka, tapi sebetulnya, keadilan itu selalu di benak masing-masing manusia; Benar, Salah, akan disimpulkan dari dalam hati masing-masing; Kebenaran yang benar itu tidak akan sia-siakan/menyesalkan orang baik, ini, juga salah satu keunikan dari kebenaran yang benar.