Di Balik Kenaikan Tarif Fiskal: Rencana Mengurung Rakyat Indonesia di
Negaranya Sendiri
Jurnal Indonesia Baru (16/02/1999)
Kerusuhan, teror bom, dan teror lainnya di Indonesia disinyalir saling
berkaitan satu sama lain juga
berhubungan dengan rencana kenaikan tarif fiskal menjadi 4 juta rupiah
bulan Maret 1999 ini, demikian
seorang bekas anggota KGB (Komitet Gosudarstvennuy Bezopasnosti) Yuri
Volodislavlich berbicara
pagi ini di sudut kota Kiev, Ukraina. Volodislavlich yang pernah
bertugas di Indonesia dari tahun 1971 -
1982 mengatakan bahwa ia harus berbuat sesuatu kepada rakyat Indonesia
yang semakin
memprihatinkan nasibnya.
Sebenarnya sejak ia mengundurkan diri dari dunia intelijen pada saat
Uni
Soviet pecah menjadi CIS
(KGB dibubarkan, digantikan oleh SVR-red.), ia tidak ingin lagi
berhubungan dengan dunia politik, ia
hanya ingin menghabiskan masa tuanya di Kiev sebagai warga negara
biasa.
Tapi sejak ia membaca
berita-berita politik mengenai Indonesia, semakin lama ia semakin
terkejut melihat perkembangan politik
dan sosial di Indonesia.
Menurutnya, fenomena yang sekarang terjadi sebenarnya pernah ia baca
sejak tahun 1982 lalu. Bermula
pada saat Yuri Andropov (bertugas pada tahun 1967-1982 di KGB) menjadi
atasannya, ia ditempatkan di
Indonesia untuk memberi bantuan pada kelompok dan gerakan di Indonesia
yang anti blok Barat.
Selama 11 tahun ia bertugas di Indonesia membuatnya lancar berbahasa
Indonesia dan
beberapa dialek daerah, dan ia pun mengaku senang dengan keramahan
rakyat Indonesia.
Beberapa teman bekas informannya dulu sampai kini masih menghubunginya
lewat surat. Pada tahun
1979 di mana pemerintahan Soeharto mulai menunjukkan titik terang
kerjasama dengan blok Barat,
KGB mengirimkan dua agennya Viktor Ogibalov yang keturunan Ukrania dan
Igor ziashlavich seorang
agen rahasia dari Angkatan Udara yang pernah menangani kasus Letnan
Viktor Belenko yang membelot
dengan MIG-25, untuk menemani Volodislavlich mencuri dokumen rahasia
pemerintah RI. Saat itu, bulan
Juni 1979, mereka bertiga berhasil mendapatkan beberapa dokumen rahasia
negara, dan merekannya di
gulungan mikrofilm dari kamera Minox. Volodislavlich tidak bersedia
menceritakan di mana dan
bagaimana mereka mendapatkan dokumen-dokumen tersebut. Ia ingat betul
di
salah satu dokumen
tersebut ada dokumen yang ditulis dengan kode rahasia. Menurut Ogibalov
kode rahasia itu
menggunakan metode Beale (kode yang menunjukkan kata dengan cara
menggunakan nomor halaman,
nomor paragraf, dan nomor urutan kata, misalnya 129:12:4 25:5:10,
dst.).
Selama setahun mereka
mencari buku yang digunakan untuk acuan kode rahasia itu, tapi hasilnya
nihil, dan akhirnya Andropov
menginstruksikan mereka untuk menghentikan pemecahan kode tersebut atas
desakan Politbiro.
Kasus itu sempat lama dilupakan, sampai akhirnya pada pertengahan bulan
November 1981,
Volodislavlich menerima kiriman misterius berisi kamus Indonesia -
Inggris.Menurut informan
Volodislavlich pada saat itu, pengirimnya dikenal sebagai triple agent
KGB, CIA (Central Intelligence
Agency - Agen Rahasia Amerika Serikat), dan agen rahasia nasional RI
yang saat itu belum bernama
Bakin. Volodislavlich juga menolak menyebutkan identitas triple agent
ini. Beberapa hari Volodislavlich
sempat dibingungkan oleh kamus tersebut yang tidak memberi petunjuk
apa-apa. Sampai pada awal
bulan Desember 1981, Volodislavlich mendengar bahwa ada agen CIA
ditangkap di Minsk pada saat
memecahkan kode rahasia dokumen KGB. Ia segera teringat kembali dengan
dokumen tersebut dan
segera mengontak Iziashlavich yang saat itu sedang ada di Surabaya.
Dengan resiko membuang waktu,
ia bersama
Iziashlavich dan Ogibalov mencoba memecahkan kode rahasia dari dokumen
yang mereka curi tahun
1979 di kediaman Ogibalov di Kemang, Jakarta Selatan.Ternyata memang
benar, kamus tersebut adalah
buku acuannya. Ogibalov saat itu merasa mereka sudah terlambat, karena
ia yakin pihak CIA juga
sudah mendapatkan informasi itu. Tapi Volodislavlich bersikeras
mengirimkan hasilnya kepada
Andropov di Moskwa pada akhir Januari 1982.
Menurut Volodislavlich, kalaupun CIA tahu akan hal ini, CIA baru akan
membeberkannya 25 tahun
kemudian dalam Fact File mereka. Itu berarti tahun 2007, dan itu
menurut
Volodislavlich artinya
terlambat bagi rakyat dan bangsa Indonesia. Dokumen tersebut yang
dienkripsi dengan komputer di
Jerman Barat menceritakan apa-apa saja yang harus dilakukan jika
pemerintahan orde baru runtuh
sebagai balas dendam. Ternyata Soeharto sudah memperkirakan kemungkinan
terburuk yang akan ia
terima pada saat digulingkan dari tampuk kepemimpinan. Jika benar pada
suatu saat ia dikudeta oleh
rakyatnya, ia tak akan segan-segan membalas dendam kepada rakyatnya
sendiri. Setelah membaca
terjemahan dokumen ini, Politbiro (semacam dewan pemerintahan di Uni
Soviet dulu) menggambarkan
Soeharto bisa bertindak sebagai Hitler Asia, jika apa yang tertulis
dalam dokumen itu benar-benar
terjadi. Berikut
beberapa poin yang dirangkum dari dokumen yang masih disimpan
Volodislavlich sampai sekarang.
"Saudara seangkatan orde baru, saya sebagai pemimpin orde baru saat ini
menyatakan bahwa
tindakan-tindakan yang harus dilakukan pada saatnya nanti orde baru
runtuh, adalah sebagai berikut:
Adu domba antara orang Pribumi dan China dirangkumkan
Volodislavlich:
Asimilasi antara pribumi
dan WNI keturunan Cina ternyata sangat dihindari oleh orde baru, karena
dengan bersatunya kedua
kubu ini, akan semakin sulit untuk diadudomba. Dari dulu sampai
sekarang
intel (orde baru) Indonesia
yang bertindak sebagai provokator selalu berusaha menciptakan jurang
pemisah antara pribumi dan WNI
Cina. Intel berusaha menciptakan image kepada pribumi bahwa Cina adalah
penyedot kekayaan bangsa
dan menjajah pribumi. Tak jarang juga ditemukan intel yang keturunan
Cina juga menjadi provokator
dengan sengaja menindas warga pribumi terang-terangan supaya mereka
membenci Cina. Demikian
pula disebutkan di dokumen ini bahwa jika orde baru runtuh, maka akan
dilakukan tindakan
pemerkosaan, perusakan, dan antipati terhadap Cina yang disuburkan
intel
supaya warga keturunan
Cina membenci pribumi, dan tidak betah tinggal di Indonesia. Era orde
baru juga akan dengan sengaja
memberi kemudahan kepada para pengusaha Cina untuk lebih banyak
berkembang supaya kelihatannya
memang Cina adalah penindas pribumi. Tidak ada tanggal jelas dalam
dokumen ini kapan gerakan ini
akan dilaksanakan. Volodislavlich beranggapan bahwa kerusuhan Mei 1998
kemarin adalah tanggalnya.
Adu domba antar agama dirangkumkan Volodislavlich: Agama adalah hal
yang sensitif di Indonesia,
sehingga pemerintah orde baru menempatkan adu domba antar agama sebagai
counter jika orde baru
runtuh. Agama yang paling mudah diadudomba adalah mayoritas Islam dan
Kristen. Sedangkan agama
Katolik kelak akan menjadi agama yang paling dibenci pemerintah karena
selain para pastornya
dianggap terlalu mencampuri urusan pemerintah, juga karena hasil
Konsili
Vatican II di mana agama
Katolik menyatakan bahwa Yesus hanya menjadi juru selamat umat
Kristiani, dan mengakui Nabi
Muhammad sebagai juru selamat umat Islam, Budha sebagai penyelamat umat
Budha, dan lain-lainnya.
Pemerintah orde baru mengusahakan agar hasil konsili itu tidak tersebar
luas di masyarakat Indonesia.
Intel-intel yang menyamar menjadi pendeta Kristen juga mengajak umatnya
untuk "bertobat" agar tidak
seperti umat Katolik yang mereka sebut sebagai penyembah berhala, juga
provokator yang menodai
mesjid pun berbuat yang sama untuk mengajak umatnya membenci agama
lain.
Provokator yang
menodai gereja Kristen akan membuat aliran-aliran Kristen baru garis
keras yang hanya mengakui Yesus sebagai juru selamat semua umat
manusia,
dan tidak mengakui
nabi yang lain supaya terjadi konflik antara Kristen dan Islam. Hal ini
digalang selama bertahun-tahun
sehingga para umat beragama di Indonesia berpikir bahwa agamanyalah
yang
paling benar dan
melupakan fungsi utama agama sebenarnya untuk berkomunikasi dengan Sang
Pencipta, bukan
untuk berselisih mempertahankan agamanya. Sedangkan agama Buda dan
Hindu
menurut pemerintah
orde baru bukan merupakan ancaman serius, karena mereka lebih banyak
mengurusi kehidupan agama
mereka sendiri, tidak terlibat dalam politik. Jika sampai terjadi
perang
antar agama, pemerintah orde
baru yang sudah runtuh bisa lebih mudah melumatkan rakyat Indonesia,
dan
akan
mempunyai kesempatan membangun kembali pemerintahannya.
Penghancuran ekonomi secara total rangkuman Volodislavlich: Tidak
disebutkan di dokumen ini mana
yang akan menjadi sasaran penghancuran ekonomi, ia menganggap
merosotnya
nilai tukar mata uang
rupiah dan penghancuran Glodok adalah yang dimaksud pemerintah orde
baru
Mendirikan pemerintahan boneka setelah era orde baru runtuh dst".
Poin-poin yang ada di dokumen itu menurut Volodislavlich seluruhnya
berjumlah 58 poin, dan tidak akan
cukup dijabarkan di sini. Ia berencana menulis buku tentang hal ini apa
pun resikonya, karena ia
mengaku selama 11 tahun di Indonesia sudah sering sekali dibantu rakyat
Indonesia.Tak sedikit pula
para sahabatnya yang dulu menjadi informan yang sekarang tinggal di
Indonesia. Buku rencananya
akan diterbitkan dengan judul "Pro Maya Drug: Dasvidaniya!" yang
mungkin
akan diterjemahkan ke
bahasa Inggris menjadi "For My Friends: Goodbye!". Yang paling
menakutkan menurut Volodislavlich
adalah poin ke 47 ke atas mengenai rencana balas dendam terhadap rakyat
sendiri. Semula ia tak
percaya bahwa pemerintah orde baru akan tega melakukannya, karena
sekejam-kejamnya Hitler pun
saat itu membantai Yahudi, bukan bangsanya sendiri. Tapi Volodislavlich
menjadi ragu ketika ia
mendapat kabar dari salah seorang bekas informannya yang sekarang
bekerja di kantor dirjen imigrasi
di Indonesia yang menyatakan bahwa fiskal di Indonesia akan dinaikkan
dari Rp 1.000.000,- menjadi Rp.
4.000.000,- bulan Maret 1999 ini, dan informannya itu pun mengatakan
bahwa bulan November 1999
pemerintah akan menaikkan lagi menjadi 8 juta rupiah. Volodislavlich
menambahkan bahwa dalam salah
satu poin tersebut menyebutkan bahwa salah satu bentuk balas dendam
pemerintah orde baru yang
runtuh adalah dengan mengurung bangsanya sendiri untuk kemudian
dibantai
sampai habis, kemudian
digantikan oleh orang-orang yang pro orde baru. Dokumen itu menyebutkan
pembataian besar-besaran
itu akan menggunakan cara meracuni air PDAM (sekarang PAM-Red.) dan
senjata biologi, dengan
syarat semua rakyat yang menyebabkan runtuhnya orde baru sudah
terkurung. Volodislavlich semakin
yakin bahwa pemerintahan Habibie adalah bentuk pemerintahan boneka
Soeharto jika pemerintah
Indonesia benar-benar menaikkan tarif fiskal menjadi 4 juta. Karena
disebutkan dalam dokumen
tersebut, salah satu cara untuk mengurung bangsa Indonesia adalah tidak
memperbolehkan mereka ke
luar negri. Menurut pengamatan Volodislavlich, jika rakyat masih
memusuhi dan mengutuk Soeharto,
jangan heran jika tahun 2000 fiskal mendadak naik menjadi 15 juta
rupiah
atau 20 juta rupiah.
Volodislavlich berujar bahwa menurut perkiraannya, Soeharto ingin
melihat Indonesia hancur total
sebelum ia mangkat sebagai balas dendam terhadap rakyatnya yang sudah
kurang ajar terhadapnya.
Habibie sudah mendapat instruksi untuk jangan menggubris kecaman dunia
internasional atau
rakyat terhadap kenaikan tarif fiskal ini, karena tujuan kenaikan tarif
ini adalah untuk menahan sebanyak
mungkin warga Indonesia supaya tidak ke luar negri, dan itu berarti
akan
makin banyak warga Indonesia
yang akan dibantai oleh gerakan bawah tanah orde baru kelak. Ketika
ditanya kapan pembataian
besar-besaran itu akan terjadi, Volodislavlich terdiam sejenak,
kemudian
ia menjawab, menurut
dokumen itu, pembantaian akbar akan terjadi 3 hari setelah Soeharto
mangkat. Volodislavlich juga tidak
menjawab siapa saja tokoh pro orde baru di Indonesia sekarang. Dia
mengaku tidak tahu pasti karena ia
sudah tidak terlibat langsung dengan dunia intelijen, "Mungkin anda
harus bertanya pada para agen CIA
yang masih mempunyai rasa solidaritas dengan rakyat Indonesia"
tambahnya. (cfd/kiev/021999)
Regards,
Pinkerton Indonesia