PW.
Tirta Samudra Tampil di Plaza Araya Malang
PW.
Tirta Samudra tampil memperagakan sejumlah jurus wushu di Plaza
Araya Malang dalam acara perayaan Imlek (01/02/2003). Di tengah
menurunnya animo masyarakat Malang terhadap wushu, even ini merupakan
media promosi yang baik dalam memperkenalkan bela diri wushu kepada
masyarakat. Peragaan taolu memperkenalkan aspek estetika
wushu, sedangkan duiquan memperlihatkan aplikasinya dalam
pertarungan. Sayangnya, peragaan dilakukan dalam panggung yang berukuran
kecil, sehingga gerakan pemain menjadi terbatas, khususnya jurus
utara yang bercirikan lincah dan jangkauan panjang. Selain itu,
ornamen dan kabel yang bergantungan menyebabkan pemain senjata panjang,
seperti tombak, harus membagi konsentrasinya ketika melakukan ayunan
lebar.
Even ini merupakan penampilan pertama PW. Tirta Samudra di depan
publik secara terbuka. Meskipun sudah berkali-kali tampil dalam
berbagai acara, tetapi selama ini sifatnya selalu tertutup, dan
hanya disaksikan oleh para undangan. Penampilan secara terbuka ini
diharapkan dapat membangkitkan minat masyarakat umum untuk lebih
mengenali wushu.
Anggota keluarga PW. Tirta Samudra yang tampil adalah Han Xi, Chris,
Arthur, dan Jessica, yang membawakan Ji Ben Gong, Rudy (Daoshu),
Andre (Nanquan), Rico (Zuiquan), Johan (Changquan), Vonny (Jianshu),
Feri (Qiangshu), Deny (Jianshu), dan Adrianto (Nan Dao).
Tanggal 1 Februari 2003 merupakan momen pertama di mana Tahun Baru
Cina (Imlek) menjadi hari libur nasional, sejak peresmiannya. Tetapi
tidak ada korelasi kuat antara perkembangan wushu di Indonesia dengan
diterimanya Imlek sebagai hari libur nasional, karena wushu adalah
murni olahraga yang tidak terkait dengan agama tertentu, maupun
kebudayaan imlek. (Lukman)
Lihat
galeri fotonya di sini
Kejadian
menarik ketika penampilan berlangsung:
-
Di tengah peragaan jurus tombak, kacamata yang dikenakan Feri
secara tidak sengaja terlempar.
- Andre
terlihat seperti bagian dari penonton saat ia mengenakan baju
santai untuk peragaan duiquan, sehingga satpam mencegahnya untuk
naik ke panggung.
- Ruang
ganti yang disediakan bagi tim sebenarnya adalah kamar kecil bagi
pengunjung, sehingga banyak pengunjung yang tidak sengaja masuk
dan harus mencari kamar kecil lain.
- Selama
duiquan, panggung yang sempit membuat pukulan Andre, Rico, dan
Adrianto benar-benar mengenai satu sama lain. Hal ini membuat
penonton terkesima.
|
Lari
Pagi di Vila Puncak Tidar
Tulisan asli: Vonny K.
Diedit oleh Lukman H.
|
Villa Puncak Tidar
adalah salah satu lokasi tertinggi di kota Malang, sementara
kota Malang sendiri memiliki ketinggian beberapa ratus meter
di atas permukaan laut. Jauh dari hiruk-pikuk kota, dan hembusan
angin yang menyejukkan meskipun di siang hari merupakan suasana
yang dapat ditemui di kawasan ini. Tidak salah jika Tirta
Samudra memilihnya sebagai tempat untuk melaksanakan lari
pagi antar anggotanya pada tanggal 10 Agustus 2003, dan diikuti
juga oleh orang tua.
Lari pagi ini disambut dengan antusias oleh anggota muda yang
rela bangun pukul 03:00 dini hari, padahal rencananya acara
dimulai pukul 05:30 pagi. Acara dimulai dengan lari pagi oleh
anggota, sedangkan para orang tua menyusul dengan berjalan
kaki karena tidak sanggup menyusul putra-putri mereka yang
aktif. Acara kemudian dilanjutkan dengan permainan yang juga
diikuti oleh para orang tua. Suasana ini memecah kecanggungan
dan saling mengakrabkan antar komponen. Acara yang memang
bertujuan untuk saling mempererat tali persaudaraan di bawah
Tirta Samudra ini ditutup dengan acara makan pagi bersama.
Kesan dari acara ini ternyata luar biasa, karena mayoritas
komponen berharap kegiatan ini menjadi rutinitas tiap dua
bulan, sebulan, bahkan tiap minggu. Variasi terhadap latihan
biasa menjadi sangat menyenangkan, dan apabila dilihat dari
tanggapan serta banyaknya partisipan, maka acara ini bisa
dikatakan sukses !!! ^_^
Hal
yang tidak terduga:
Beberapa anggota usia SMU tidak dapat hadir karena tidak kuat
bangun pagi, bahkan ada yang tidak diizinkan oleh ortunya.
(?)
|
|
PW.
Tirta Samudra di Hari Kemerdekaan Indonesia
Penampilan ke-2 di Plaza Araya
Tulisan asli: Vonny K.
Diedit oleh Lukman H.
Tirta
Samudra diundang kembali di plaza Araya untuk menampilkan kemampuan
wushu para anggotanya, di hari Kemerdekaan Indonesia ke-58 (17/08/2003).
Dalam event ini, Tirta Samudra menurunkan anggota mudanya (kelas
5 SD ke bawah) untuk memperkenalkan wushu kepada publik secara terbuka.
Meskipun masih berusia muda, penampilan wushu mereka ternyata memperoleh
applause yang meriah. Sementara anggota-anggota senior di belakang
panggung menderita kekecewaan berat karena mereka menilai adanya
kemunduran drastis dari teknis penyelenggaraan oleh panitia kursus
Aritmatika sebagai pihak yang mengundang. Panitia tidak menyiapkan
ruang ganti yang akhirnya membawa masalah sebelum acara dimulai,
dan teratasi setelah seorang satpam menunjukkan salah satu gudang
di plaza Araya. Sulitnya kerjasama dengan pihak panitia menyebabkan
miskomunikasi dalam pelaksanaan gladi bersih. Tirta Samudra juga
menyayangkan honor yang diberikan tidak sampai 1/3 dari honor yang
mereka terima di show araya pertama, sebagai bentuk penghargaan.
Lebih sulit lagi, bahkan panitia tidak sedikit pun menyediakan akomodasi
berupa air minum.
Lihat
galeri fotonya di sini
|
Wushu
di Tengah Para "Cowboy"
PW.
Tirta Samudra kembali diundang untuk mengadakan penampilan terbuka
di depan publik, dalam acara "Cowboy Night Party" (05/04/2003)
yang diselenggarakan oleh Unit Ekstrakurikuler SMU St. Albertus.
Penampilan yang tertunda karena tidak adanya kepastian acara dari
panitia penyelenggara ini, dibuka oleh Chris (Chang Quan), Han Xi
(Nan Quan), dan Vonny (Jian Shu), disusul Feri yang turun ke sisi
panggung untuk memperagakan Dui Quan. Mendadak, terjadi kesalahan
teknis terhadap penanganan sound system, mengakibatkan MC menghentikan
wushu, dan melanjutkan acara dengan penampilan band. Setelah beberapa
lagu, Wushu kembali tampil dengan penampilan Feri Vs Rico dalam
Dui Quan, disusul Hengky (Nan Quan). Setelah itu, Feri langsung
kembali dengan jurus Qian Shu, Rico masuk (Gun Shu), diikuti Johan
(Chang Quan), dan ditutup dengan masuknya kembali Rico dengan Zui
Quan. Dari uraian cepat ini, tebak siapa pemain yang paling lelah.
James
berpendapat, "Dekorasi panggung adalah satu-satunya hal yang
ada kaitannya dengan nama acara ini". Sebaliknya, penulis berpendapat:
semua hal berkaitan dengan nama acara ini. Dimulai dari persiapan
acara, pengaturan ruangan, ketidakmengertian MC dan panitia terhadap
acara, sampai ketidaktertiban penonton selama penampilan Tirta Samudra,
benar-benar menggambarkan Wushu di tengah para "Cowboy"
Amerika. (Lukman)
|
|