Situasi
Mutakhir Perkembangan Wushu di Indonesia dan di Dunia Internasional
Penulis: James Waskita S.
ditulis pada tahun 2003
Perkembangan
wushu di Indonesia sejak 1998, tidak dapat dikatakan sebaik era
1992-1997. Fakta bahwa dalam 1 tahun belum tentu ada kejurnas karena
berbagai alasan, dengan sendirinya menurunkan jumlah liputan media
massa. Keikutsertaan atlet kita di kejuaraan dunia yang diadakan
2 tahun sekali memang cukup bersinar, dengan Zainab meraih medali
perak untuk Taijiquan, dan Isidorus Sukarno di peringkat 6 Nanquan.
Tetapi prestasi ini semakin tahun kian memprihatinkan, dan yang
terakhir di Asian Games 2002 Busan, Korea Selatan, dengan hasil
tanpa gelar. Sejak tahun 2000, wushu hampir tidak pernah diliput
media massa, sehingga banyak elemen masyarakat yang bahkan tidak
tahu apa itu wushu. Semakin banyaknya pengda yang tidak aktif dan
bubarnya klub-klub wushu mungkin diakibatkan jadwal pertandingan
yang tidak jelas dan konsep pengembangan yang tidak terarah dengan
baik. Bubarnya klub membuat mereka yang berminat mempelajari wushu
menjadi kehilangan wadah berlatih, sehingga sebagian berhenti, dan
sebagian mengikuti les wushu privat. Les ini sepintas merupakan
ide menarik, tetapi merupakan bom waktu bagi perkembangan wushu
di masa depan. Lingkungan les privat wushu menghilangkan suasana
kompetisi yang sportif, sementara di dalam sebuah klub, seorang
peserta dapat mengembangkan dan saling mengukur kemampuan dengan
rekan latihannya. Selain itu, kedisiplinan dalam les privat wushu
sangat mudah turun, karena pelatih seringkali berubah menjadi pengasuh
pribadi. Program Oasis yang ditayangkan Metro TV (16/02/2003)
memberikan fakta menarik ketika mengangkat kisah Bapak Tjan Rahmat
Setiadi, yang merupakan mantan atlet wushu Indonesia angkatan pertama
dan salah satu wasit wushu bersertifikat internasional. Beliau sangat
berperan dalam perkembangan wushu di Indonesia, dan pernah menjadi
pelatih tim nasional wushu Indonesia. Dalam tayangan tersebut, beliau
menceritakan kehidupannya dimulai ketika dirinya adalah pelatih
klub, yang jumlah anggotanya semakin menurun, hingga akhirnya menjadi
pelatih wushu privat panggilan. Kehidupan keseharian beliau diliput,
termasuk pekerjaannya sebagai pelatih wushu. Program ini juga menayangkan
pada saat melatih dari rumah ke rumah, beliau terlihat bukan hanya
pelatih, bahkan seperti pengasuh anak. Hal ini sangat kontras dengan
pengalaman penulis ketika bertemu beberapa kali dengan beliau dalam
pertandingan, di mana saat itu beliau cukup tegas dan disiplin dalam
memberi pengarahan. Namun yang sangat
memprihatinkan adalah seseorang yang turut berperan penting dalam
perkembangan wushu di Indonesia, akhirnya terpaksa menjadi guru
privat, door to door. Apa yang menyebabkan
hal ini terjadi? Terlepas dari pertanyaan itu, kisah beliau ini
merupakan cerminan rapuhnya konsep dan sistem pengembangan wushu
di Indonesia, bahkan jika dibandingkan dengan era Liem Joe Kiong
yang berhasil menjadikan wushu sebagai bahan studi ilmiah di perguruan
tinggi, ini menunjukkan langkah mundur! Hal ini jelas merupakan
tanggungjawab kita semua untuk memperbaiki.
Reputasi
wushu di Indonesia sangat bertolak belakang, dengan wushu di dunia
internasional yang makin menanjak. Federasi Wushu Internasional
(IWUF) mulai tahun 2001 mencanangkan tema “Wushu are The World”,
yang artinya adalah wushu merupakan olahraga milik seluruh bangsa
di dunia, berbarengan dengan dukungan penuh dari Asia dan restu
Dr. Jacques Rogge (presiden IOC / Komite Olimpiade Internasional),
untuk menjadikan wushu sebagai cabang olimpiade. Di luar arena pertandingan,
nama wushu sebagai beladiri makin berkibar, khususnya melalui dunia
perfilman Hollywood dan Asia Timur. Selain mantan atlet yang menjadi
superstar seperti Jet Li dan Michelle Yeoh, banyak ahli wushu yang
telah berperan di balik kesuksesan film-film selaku penata laga
seperti Yuen Ho Ping (Crouching Tiger Hidden Dragon, The Matrix),
Yuen Kuei / Cory Yuen (X-Men, X2, The Transporter) dan Donnie Yen
(Blade, Shanghai Knigts). Sementara negara-negara selain China telah
menghasilkan mantan-mantan atlet yang dikenal di Asia seperti Daniel
Wu (Kanada) hingga Bae Yong Jun (aktor Korea), serta yang bereputasi
internasional seperti Michelle Yeoh (Malaysia) dan Mark Dacascos
(AS).
[Back
to Article Table of Content]
|