Love of My Live
Kalau Cinta Tidak Cinta

Ini hanya sebuah kisah seorang teman. 
Dia bercerita kalau dia sedang kangen dengan seseorang. (Aku tersenyum-senyum ketika dia bilang kalau sedang kangen. Hahaha ... anak itu memang suka mengumbar kangen). "Nikmati saja kangennya!" kataku menanggapi. "Kalau nanti sudah ketemu, kan sembuh
kangennya. "Tapi  yang ini beda." Beda? Beda gimana?" "Aku kangen dengan
orang yang kusayangi, tapi nggak bisa kumiliki. Jadinya kan nggak ketemu(kangennya)."Ya, udah... dinikmati aja kangennya. Toh cinta itu membebaskan." "Yah, emang enak 'makan cinta'?"

Memang ngomong lebih mudah daripada menjalaninya. Apa sih enaknnya sewaktu cinta bertepuk sebelah tangan atau bila kita tak bisa berharap terlalu banyak pada orang yang dicintai?
Kadang aku juga nggak habis pikir dengan satu kata yang nggak ada habisnya itu : CINTA.

Rasanya setiap hari kata cinta itu berhamburan di mana saja. Mulai dari pembicaraan di meja makan, sampai saat akan meletakkan kepala di atas
bantal. Dan kadang aku juga capek ketika merenung-renungkan arti cinta itu.
Apa sih cinta itu?

Terlalu banyak definisi tentang cinta. Mulai dari yang sederhana sampai yang njlimet dan membuat kening berkerut. Tetapi sepertinya
permasalahan cinta hanya berlaku bagi pasangan muda-mudi. (Apa iya?)

Kupikir-pikir cinta itu berarti memberi hati. Dan, memberi hati itu nggak ngampang lho.! Karena memberi hati itu artinya memberi diri kita sendiri kepada orang yang kita cintai agar orang yang kita cintai menjadi lebih baik,lebih maju, dan lebih bahagia (dan memberi diri itu berarti  mengikis abis ego diri sendiri), Dengan begitu, mencintai
berarti membebaskan.

Lalu kalau begitu, sebenarnya tidak ada masalah jika cinta kita ditolak, wong kita niatnya "memberi" dan membebaskan dia untuk menerimanya atau menolaknya, kan?  Memang, mungkin penolakan itu diikuti
sakit hati.

Gimana nggak sakit hati kalau segala daya dan upaya yang kita kerahkan dicuekin? Tapi bukankah dengan ditolak kita sadar bahwa pemberian atau usaha yang kita kerahkan itu berpamrih? Dan dalam kamus cinta, pamrih itu tabu. Karena kalau kita berpamrih, kita hanya mencintai diri
kita sendiri. Maka, kupikir temanku barangkali harus banyak belajar, bahwa
jika kita mencintai tidak berarti harus balik dicintai. Dan tak
ada salahnya
jika kangen yang kita miliki tidak dibalas kangen oleh orang yang kita cintai

Menikmati kangen yang tak berbalas itu memang lebih banyak sakit hatinya, tetapi dengan begitu kita juga dapat merasakan kecewanya Tuhan karena kangen-Nya tidak kita balas.


(Dari sebuah sumber)

... And remember, God's Last Name Aint Damn it ...
About Me
Nama:
Budi Cahyadi
Email:
budi@icqmail.com
Gue tinggal di Bandung berdua sama sepupu gw. Kerja juga di Bdg. Tp keluarga besar gw ada di jkt. Jadi kalo mudik lebaran gw pasti ke jkt.
JALAN2 KE BUKIT TINGGI
di klik dong yah ....
Mejeng di Jembatan
Formasi lengkap
Awas jatuh....
Photo yang lain masih banyak, tapi belom sempet di Up Load .... ntar nyusul.
Jadi, kira2 kesimpulannya tentang cinta tuh begini.
Cinta datang tak terduga, tapi cinta pergi meninggalkan bekas ....
Buat orang yang sedang jatuh cinta mungkin akan merasa bahwa dunia ini indah, tapi buat orang yang sedang patah hati akan merasa bahwa dunia ini tidak adil, dunia ini baru saja kiamat .....

Janganlah buta karena cinta, karena sesungguhnya cinta itu menyimpan kebohongan, duka dan air mata. Tapi cinta juga menyimpan kebahagiaan. Tergantung bagaimana kita menjalaninya.

Jika ingin berlari, belajarlah berjalan dulu ...
Jika ingin berenang, belajarlah untuk bisa mengapung ....
Jika ingin dicintai, belajarlah mencintai dahulu ....

Pada akhirnya, lebih baik menunggu orang yang kita inginkan ketimbang memilih apa yang ada (sampe kapan men ....?)
Tetap lebih baik menunggu orang yang kita cintai ketimbang memuaskan diri dengan apa yang ada ...... jangan terlalu maksain.

Tetap lebih baik menunggu orang yang tepat, karena hidup ini terlampau singkat untuk dilewatkan bersama pilihan yang salah ......
karena CINTA mempunyai tujuan yang misterius.
Terusin Surfingnya ...
Back Next Page